Aku seringkali berada di situasi
dimana keberuntungan selalu memelukku. Tatkala rapuh dan lemah membayangiku
sebelum melangkah. Aku merasa tiada punya daya apa-apa ketika usahaku telah
dengan seluruh. Aku tahu rencanaku mungkin tidak tertulis pada garis takdir Allah
yang telah disiapkan jauh hari untukku.
Penolakan dan ketidaksiapan diriku
menerima apa yang digariskan terkadang membuat pikiranku terhambat. Aku mulai
belajar untuk berdamai dengan diri sendiri, merenung dan sejenak terhening
dengan perjalanan yang sudah kutempuh sejauh ini. Mengapa aku terkadang seperti
orang serakah yang selalu menginginkan sebuah kebahagiaan tanpa adanya
tangisan?
Allah selalu baik. Mengapa aku
menjadi hamba yang sering mengecewakan-Nya? Mengapa aku masih saja sering lalai
dan khilaf dengan semua pemberian-Nya. Yaa Allah, ampuni aku.
Aku tahu aku bukanlah orang baik.
Allah menutup rapat aibku hingga mungkin sampai detik ini aku tetap menjadi
manusia yang terlihat baik-baik saja. Maka, nikmat mana lagi yang kamu
dustakan?
Dewasa ini, aku belajar untuk hidup. Sinau urip supoyo urup. Nyatanya banyak
kita yang hidup tetapi mati. Raganya memang menjadi makhluk hidup, namun hati
dan pikiran terkadang mati karena pemikiran duniawi.
Bukanlah menjadi sok bijak dengan
berucap demikian, kusadari setiap dari kita juga manusia biasa yang tak luput
dari dosa. Aku hanya ingin menjadi pembelajar seumur hidup selama aku masih
berada di bumi Allah, sebelum nanti setiap dari kita dimintai
pertanggungjawaban atas semua tindakan.
Terima kasih Yaa Allah. Engkau
hadirkan semesta yang mendukung dan membersamai dalam langkah kebaikan. Yakinkan
aku untuk selalu berada di garis lurus menuju kearahMu. Aku terlahir dari keluarga
yang biasa saja, namun ketahuilah aku selalu ingin menjadi yang lebih baik dan
tidak biasa saja di tiap harinya. Terima kasih untuk hidup dan kehidupan yang
telah Engkau berikan padaku.
“Kawula mung saderma, mobah-mosik kersaning Hyang Sukmo”
Cirebon di Ramadhan ke 8, 1441 H
Komentar
Posting Komentar