Langsung ke konten utama

Postingan

Semusim

Postingan terbaru

Memaknai Kehilangan

Hidup adalah sebuah perjalanan panjang tentang penghambaan seorang manusia kepada Yang Maha Kuasa. Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Menyadarkan bahwa kehidupan di dunia ini memanglah tiada yang abadi. Januari menjadi bulan yang berat bagiku. Bagaimana tidak? Ibuku yang teramat aku sayangi meninggalkanku. Sudah cukup waktunya berada di dunia hingga akhirnya beliau pamit untuk bertemu dengan Allah Sang Pencipta. Mungkin satu hal yang tidak akan aku sesali sepanjang hidupku adalah, di saat-saat terakhir beliau aku mendampingi selalu dari pagi hingga bertemu pagi lagi. Maafkan putrimu bu, yang mungkin tak banyak memiliki waktu sebelumnya denganmu. Namun, janganlah bersedih ataupun kecewa bu, karena aku masih tetap sama menjadi putri kecilmu. Sampai detik ini pun aku masih selalu berusaha menjadi anak yang berbakti kepadamu. Senyum yang teramat cantik terkembang dalam balutan kain kafan ibuku. Mas Agung, suamiku, sempat berkata “Mamak udah tenang ndaa. Mamak cantik bang

Menikmati Jeda

Kalimat ini terangkai dengan baik dan bisa saat ini terbaca karena sebuah jeda. Pelajaran hidup yang sangat baik aku ambil dari setiap kali aku menuliskan kalimat. Mengapa tulisan ini bisa akhirnya kau pahami adalah karena setiap kata yang terangkai ada spasi yang memberi sedikit ruang. Memaknai suatu hal memang perlu didalami satu-satu. Tak layak bukan, jika seluruh kata berduyun-duyun tanpa ada pemisah? Mencoba menilik kembali judul tulisan ini. Hmm, aku sepertinya sudah terlalu lama tak bermuhasabah diri. Mari coba kita merefleksikan sejauh mana sudah tumbuh berkembang. Hidup sejatinya adalah perjalanan panjang dimana selalu ada ujung dan pangkal. Bahwa sebuah permulaan suatu zat diciptakan selalu memiliki tujuan pada akhirnya. Seringkali, tak banyak orang benar-benar memahami makna dari istirahat. Mulai menepi pada huru hara aktivitas dunia sebaiknya memang lebih baik untuk sering kita lakukan. Aku mencoba memaknai jeda untuk setiap rangkaian cerita hidupku. Tarik nafas dalam-d

Terima kasih

Aku seringkali berada di situasi dimana keberuntungan selalu memelukku. Tatkala rapuh dan lemah membayangiku sebelum melangkah. Aku merasa tiada punya daya apa-apa ketika usahaku telah dengan seluruh. Aku tahu rencanaku mungkin tidak tertulis pada garis takdir Allah yang telah disiapkan jauh hari untukku. Penolakan dan ketidaksiapan diriku menerima apa yang digariskan terkadang membuat pikiranku terhambat. Aku mulai belajar untuk berdamai dengan diri sendiri, merenung dan sejenak terhening dengan perjalanan yang sudah kutempuh sejauh ini. Mengapa aku terkadang seperti orang serakah yang selalu menginginkan sebuah kebahagiaan tanpa adanya tangisan? Allah selalu baik. Mengapa aku menjadi hamba yang sering mengecewakan-Nya? Mengapa aku masih saja sering lalai dan khilaf dengan semua pemberian-Nya. Yaa Allah, ampuni aku. Aku tahu aku bukanlah orang baik. Allah menutup rapat aibku hingga mungkin sampai detik ini aku tetap menjadi manusia yang terlihat baik-baik saja. Maka, n

Best Playlist of Sheila on 7

Band asal Yogyakarta ini adalah salah satu grup musik nasional yang telah terbentuk sejak tahun 1996. Tepat saat tahun kelahiran saya. Yaa, salah satu band yang karya-karyanya tak lekang oleh zaman. Tak heran, lagu-lagu dari Sheila on 7 menemani perjalanan semasa tumbuh berkembang. Saat dulu masih sekolah dasar, saya diperkenalkan Sheila on 7 melalui lagu yang menjadi soundtrack sinetron seperti Seberapa Pantas, Bunga di Tepi Jalan, sampai dengan coveran lagu Ambilkan Bulan. Sheila on 7 hadir sebagai grup musik yang membawakan lagu yang tidak hanya enak didengar namun juga punya banyak makna yang tersirat. Kali ini izinkan saya sedikit mengulas tentang 10 lagu yang sering saya dengarkan dan menurut saya memiliki makna yang dalam dari Sheila on 7. Sajian musik yang nyaman dan pas di telinga seringkali membantu saya saat sedang membutuhkan inspirasi ketika menulis atau mengerjakan tugas kuliah. 1.       Untuk Perempuan Jangan mengejarnya Jangan mencarinya Dia yang kan

Catatan Hidup

Aku adalah manusia biasa yang terlahir dengan kesederhanaan cinta. Tumbuh berkembang menjadi anak bungsu kesayangan yang dikenal karena kepiawaiannya sedari kecil. Keluarga sungguh mempercayai bahwa nantinya aku akan menjadi sosok “orang”. Aku adalah kecil yang dipandang besar oleh sebagian saudara. Diriku kecil adalah sosok yang tidak terlalu banyak memiliki kawan. Belum menemui arti sahabat saat aku masih belajar keluar dari zona nyaman. Aku adalah anak yang akan mengembangkan senyum pada setiap kawan yang mengajakku bersalaman. Namun, akan menjadi sosok yang penakut ketika banyak teman sekelas laki-laki yang mengejek. Hal yang wajar tersebut tak ayal ditemui dari sebagian kita saat masa kanak-kanak. Aku tak cukup mudah bergaul saat remaja. Makna sahabat yang aku temui saat remaja hanya bisa dihitung jari. Remaja adalah masa pasang surut kelabilan anak-anak yang berbaur dengan romansa cinta monyet. Terlampau jauh ketika anak sepertiku memikirkan indahnya kisah kasih di se

Mencari Ridho Allah

Waktu berlalu begitu saja. Aku rasa sekarang waktu berjalan lebih cepat dari langkah kaki kelinci. Kesibukanku masih saja berkutat dengan hal yang sama. Bersyukur tahun ini aku diberi kesempatan untuk sedikit menghilangkan penat dengan berlibur ke luar kota. Kesempatan yang sebentar aku manfaatkan untuk bertemu dengan orang-orang yang aku sayangi. Mereka adalah salah satu alasan dari sekian banyak alasanku yang masih memiliki semangat menjalani hari. Beberapa bulan kebelakang, tidurku tak teratur. Aku bisa saja menghabiskan waktu di malam hari untuk begadang, dan terbangun di sepertiga malam. Malam yang makin larut terkadang membawa diriku untuk merenungi diri. Mencoba bertafakur atas apa yang sudah dilakukan sampai di usia ini. Pikiranku bisa membawaku melanglang buana ke hal-hal yang di luar nalar. Banyak pertanyaan yang aku lontarkan kepada diriku sendiri. Salah satunya adalah apa tujuan hidupku. Terkadang aku merasa di titik terlemah dalam hidup. Aku yang mungkin