Kalimat ini
terangkai dengan baik dan bisa saat ini terbaca karena sebuah jeda. Pelajaran
hidup yang sangat baik aku ambil dari setiap kali aku menuliskan kalimat. Mengapa
tulisan ini bisa akhirnya kau pahami adalah karena setiap kata yang terangkai
ada spasi yang memberi sedikit ruang. Memaknai suatu hal memang perlu didalami
satu-satu. Tak layak bukan, jika seluruh kata berduyun-duyun tanpa ada pemisah?
Mencoba menilik
kembali judul tulisan ini. Hmm, aku sepertinya sudah terlalu lama tak
bermuhasabah diri. Mari coba kita merefleksikan sejauh mana sudah tumbuh
berkembang.
Hidup sejatinya
adalah perjalanan panjang dimana selalu ada ujung dan pangkal. Bahwa sebuah
permulaan suatu zat diciptakan selalu memiliki tujuan pada akhirnya. Seringkali,
tak banyak orang benar-benar memahami makna dari istirahat. Mulai menepi pada
huru hara aktivitas dunia sebaiknya memang lebih baik untuk sering kita
lakukan. Aku mencoba memaknai jeda untuk setiap rangkaian cerita hidupku. Tarik
nafas dalam-dalam, sesungguhnya apa sih yang dicari?
Mengutip pesan
Cak Nun yang kudapat dari seseorang yang berbaik hati mengingatkan :
Jangan
pernah mati-matian hanya untuk mengejar sesuatu yang tidak dibawa mati.
Rasanya seperti
tertampar. Hmm, aku menyadari bahwa terkadang juga seringkali khilaf. Lupa bahwasanya
dunia tak perlu dikejar. Ia tak pernah kemana-mana, ambisi manusia saja yang
sering berlebihan dan tak jarang membutakan semua.
Jika kehidupan
ini adalah sebuah narasi panjang yang masing-masing manusia coba tuliskan,
bukankah lebih indah apabila setiap kali kalimat memiliki jeda? Sepertinya setiap
manusia akan lebih mendalami maknanya sebagai makhluk mulia yang diciptakan
oleh Tuhan.
sedang mengingatkan sendiri-
Karanganyar, 16 September 2020
20.54 WIB
Komentar
Posting Komentar