Aku
selalu bangun pagi, saat kokok ayam mulai bersahutan. Saat itu pula Ibuku sudah
lebih dahulu bangun. Aku tak bisa membayangkan bagaimana energy yang dibutuhkan
untuk melakukan pekerjaan rumah dan kerjanya. Pasti lelah selalu dirasa. Dan
mungkin jika aku yang melakukannya, pasti tak sanggup. Ibu sosok perkasa dalam
hidupku.
Aku
berangkat sekolah dengan berjalan menyusuri setiap setapak jalan kampungku. Aku
seperti berlomba dengan matahari untuk mendapatkan pagi paling cepat. Dan
pastinya aku kalah. Karena matahari selalu mendahuluiku. Namun, kita pada
akhirnya menjalaninya bersama. Entah matahari yang menemaniku atau aku yang
menemaninya. Setelah berjalan kurang lebih bisa menguras tenagaku, aku selalu
absen di pertigaan jalan yang menuju kota, menuju SMA ku. Aku bagaikan rambu
rambu yang menunggu sebuah mobil kuning bertuliskan ADB bergaris merah lengkap
dengan supir yang tinggal jauh di desa pegunungan sana. Terkadang aku bersama
dengan anak anak berseragam putih biru berkepang, ada juga yang berkerudung.
Namun, aku juga pernah sendiri di belakang supir. Menemani mencari penumpang
lain di sebuah pasar yang buka pada pagi hari. Tak asing bagiku untuk
mendapatkan hal semacam ini. Karena, dengan mobil ini perjalanan menuju
sekolahku menjadi lebih dekat.
Ada
saat saat dimana aku harus kembali berjalan lagi sampai di sebuah tempat
pemberhentian angkot di perempatan jalan kota. Untuk ini aku berjalan cukup
jauh melewati jembatan, jalan yang naik, sampai tempat biasanya andong andong
berkumpul. Dan itu butuh energy yang lebih untuk sampai ke sana.
Catatan
yang sangat bagus yang aku lakukan adalah seberapa siangnya aku bangun pagi,
aku belum pernah sama sekali terlambat. Pernah satu kali nyaris aku terlambat.
Tapi itu setelah aku melewati pos jaga satpam. Dan TEEET tepat berbunyi saat
aku berjalan di depan ruang guru. Fyuh, aku beruntung. Ternyata suasana depan
sekolahku ketika jam menunjukkan pukul 06.27 itu seperti penutupan diskon
besar-besaran sebuah mall. Harus cepat, lari, kalau perlu angkat rok, sambil
melihat satpam berkumis yang sudah siap siaga mau meletus, eeh salah menutup
pintu gerbangnya. Tapi pada akhirnya aku tidak sama sekali terlambat. Dan Tuhan
selalu bersamaku.
#saat pengajian masjid ((lagi))
19:59_12 Oktober 2013 ~Ey~
Komentar
Posting Komentar