Bagaimana kita akan menjelaskan
sebuah fenomena di sekitar kita dengan bahasa yang tidak biasa. Bagaimana
membuat apa yang ingin kita jelaskan lebih indah untuk dicerna maknanya.
Bagaimana mengekspresikan sesuatu yang mungkin tidak bisa diucapkan oleh lisan
kita namun, seringkali terngiang di pikiran untuk disampaikan. Begitulah kiranya
aku mendefinisikan sebuah sastra.
Sastra (Sanskerta: shastra)
merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta ‘Sastra’, yang berarti
“teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata
dasar ‘Sas’ yang berarti “instruksi” atau “ajaran” dan ‘Tra’ yang
berarti “alat” atau “sarana”. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa
digunakan untuk merujuk kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang
memiliki arti atau keindahan tertentu.
Ketika kamu mengenal bagaimana seni
dalam menyampaikan kata-kata, mensiratkan makna dalam barisan paragraf, maka mungkin
kamu akan jatuh cinta seterusnya. Betapa tidak? Setidaknya karya sastramu
membawa dirimu ke ruang waktu mana saja yang engkau mau. Kau dapat menceritakan
kegundahanmu di masa lalu, perjuanganmu saat ini dan angan-angan kamu di masa
depan. Sebagian orang mungkin sulit untuk mengungkapkan opini dan perasaan
mereka. Karya sastra dapat membantumu menuangkan segalanya.
Namun, satu hal yang perlu diketahui
bahwa terkadang sebuah karya sastra dapat memicu pro dan kontra. Kembali pada
sebuah peribahasa “mulutmu, harimaumu”, maka ketika karyamu diibaratkan
mulutmu, maka kau harus siap-siap untuk menjaga mulutmu itu.
Pengetahuanku masih minim tentang sastra. Kamus kata-kataku masih sedikit daripada milik orang lain. Makna yang tertuang seringkali jelas tersirat dan mudah dicerna. Namun, setidaknya aku masih memiliki semangat untuk terus berkarya dalam sebuah sastra.
Komentar
Posting Komentar